Pelukan Terakhir

Ya, pelukan terakhir...

Pelukan terakhir ini termasuk sangat singkat bila dibandingkan dengan pelukan-pelukan yang sebelumnya kita alami. Tahukan kamu saat itu hatiku berdegup kencang? bukan grogi atau malu, tapi takut dan kalut. Kenapa? Karena aku, kamu, kita, tahu bahwa ini adalah pelukan terakhir.

Pelukan itu... aku tidak ingat rasanya seperti apa. Semuanya salahmu! Karena tidak memperingatkan aku, si orang yang tidak mau pelukan itu adalah pelukan terakhir, atas pelukan yang ternyata adalah benar-benar pelukan terakhir.

Pelukan itu seperti mengatakan "selamat tinggal.. Aku tidak akan kembali, karena bila ku kembali, semua kesakitan, keraguan dan ketidakpastian ini tidak akan terhenti. Aku harus pergi, demi kebaikan kamu dan kamu"

Hatiku rasanya ingin meledak dan membeku. Rasanya, kebaikan yang terjadi bukanlah kebaikan yang sesungguhnya terbaik. Terbaik yang terjadi adalah terbaik yang bukan aku pikir terbaik.

Kau adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas segala rindu. Segala rindu yang berjumlah ratusan lusin dengan volume berat ribuan ton ini.

Aku rindu kita yang dahulu.

Bukan yang kini, dimana realita seolah-olah mempermanenkan diri diantara kita dengan keegoisannya yang merenggut semuanya, termasuk keraguanmu.

Kini, pesaing berat telah keluar dari arena, dengan kemenangan telak yang berhadiahkan dirimu.

Aku tidak INGIN atau MUNGKIN..... tapi HARUS menyerah.




Comments

Popular posts from this blog

Febuari

Dewasa?

Dialog adalah Solusi (Meja Makan)