(Lagi)






Aku sedang berada disaat pilihan menyapaku (lagi).
Untuk mencinta (lagi) atau untuk memberikan kesempatan pada diri (lagi).

Pintu mencinta lagi untuk sekarang tidak sulit, aku bisa saja masuk tanpa permisi.
Untuk memberikan kesempatan pada diri (lagi), bagaikan jendela rongsokan yang sulit dibuka, engselnya mampet, kacanya keruh dan tralisnya rapuh. Rusak, karena sering dibuka tutup.

Tidak mudah bagiku untuk memberikan kesempatan lagi pada diri: langkahku pernah berhasil masuk, tapi selalu gagal dibagian siku. Selalu mulut berbicara lebih tinggi dari perilaku. Alat bukti bagaikan makhluk ghaib, tidak pernah terlihat, namun banyak yang mengaku bersua.

Bisa kah kali ini aku diberikan (lagi) kesempatan untuk diri, sebelum pintu untuk mencinta (lagi) tertutup rapat?

Apa memang harus memberikan kesempatan untuk diri tanpa peduli akan pintu untuk mencinta (lagi)? 

Ok, kalo itu maumu, shen.

Tapi please, kali ini naik kelas kek!

Comments

Popular posts from this blog

Febuari

Dialog adalah Solusi (Meja Makan)

Dewasa?